Kau bagai mentari ku,
saat
dunia ku penuh dengan kegelapan
Kau
menyinari diriku,
dari
celah-celah pintu hidupku
Saat
ku buka pintu itu,
cahayamu
tidak hanya menyinari ruang hidupku
tapi
juga menyinari jiwa ragaku
Lalu
ku kejar cahaya itu
Dan
ternyata itu adalah KAMU ..
Sudah
hampir puluhan kali, ia membacanya. Selembar kertas usang berisikan rangkaian
kalimat indah, tertulis begitu rapi dengan warna tinta yang hampir memudar.
Benda itu mampu menariknya kembali pada masa lalu yang membuatnya selalu merasa
bersalah. Peristiwa itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Bagaimana tidak,
karenanya ia menjadi seperti ini sekarang dan melukai hati seseorang yang tulus
mencintai dirinya. Kenapa baru sekarang
aku menyesalinya? kenapa begitu mudah aku melepasmu dulu? dan kenapa harus ada
dia? Sepanjang hidupnya hanya dipenuhi dengan penyesalan, penyesalan dan
penyesalan.
Tata
segera mengusap air matanya, ketika mendengar suara ketokan pintu dari luar kamarnya.
“Siapa?“ ditunggunya jawaban dari balik pintu sebelum ia benar-benar
membukanya. “Kiki nih, Ta“ Ia mengernyit, alasan apa yang membuat Kiki datang
ke rumahnya selarut ini tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Biasanya Kiki
selalu mengirim blackberry messanger, menelpon ataupun SMS jika ia akan datang.
Untung saja, hari ini Tata sedang ingin tinggal di rumah dan tidur di kamar kesayangannya,
biasanya ia lebih suka bersantai di kontrakan kecilnya.