Minggu, 24 Maret 2013

Perpisahan Termanis



Kau bagai mentari ku,
saat dunia ku penuh dengan kegelapan
Kau menyinari diriku,
dari celah-celah pintu hidupku
Saat ku buka pintu itu,
cahayamu tidak hanya menyinari ruang hidupku
tapi juga menyinari jiwa ragaku
Lalu ku kejar cahaya itu
Dan ternyata itu adalah KAMU ..

Sudah hampir puluhan kali, ia membacanya. Selembar kertas usang berisikan rangkaian kalimat indah, tertulis begitu rapi dengan warna tinta yang hampir memudar. Benda itu mampu menariknya kembali pada masa lalu yang membuatnya selalu merasa bersalah. Peristiwa itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Bagaimana tidak, karenanya ia menjadi seperti ini sekarang dan melukai hati seseorang yang tulus mencintai dirinya. Kenapa baru sekarang aku menyesalinya? kenapa begitu mudah aku melepasmu dulu? dan kenapa harus ada dia? Sepanjang hidupnya hanya dipenuhi dengan penyesalan, penyesalan dan penyesalan.
Tata segera mengusap air matanya, ketika mendengar suara ketokan pintu dari luar kamarnya. “Siapa?“ ditunggunya jawaban dari balik pintu sebelum ia benar-benar membukanya. “Kiki nih, Ta“ Ia mengernyit, alasan apa yang membuat Kiki datang ke rumahnya selarut ini tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Biasanya Kiki selalu mengirim blackberry messanger, menelpon ataupun SMS jika ia akan datang. Untung saja, hari ini Tata sedang ingin tinggal di rumah dan tidur di kamar kesayangannya, biasanya ia lebih suka bersantai di kontrakan kecilnya.