Minggu, 24 Maret 2013

Perpisahan Termanis



Kau bagai mentari ku,
saat dunia ku penuh dengan kegelapan
Kau menyinari diriku,
dari celah-celah pintu hidupku
Saat ku buka pintu itu,
cahayamu tidak hanya menyinari ruang hidupku
tapi juga menyinari jiwa ragaku
Lalu ku kejar cahaya itu
Dan ternyata itu adalah KAMU ..

Sudah hampir puluhan kali, ia membacanya. Selembar kertas usang berisikan rangkaian kalimat indah, tertulis begitu rapi dengan warna tinta yang hampir memudar. Benda itu mampu menariknya kembali pada masa lalu yang membuatnya selalu merasa bersalah. Peristiwa itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Bagaimana tidak, karenanya ia menjadi seperti ini sekarang dan melukai hati seseorang yang tulus mencintai dirinya. Kenapa baru sekarang aku menyesalinya? kenapa begitu mudah aku melepasmu dulu? dan kenapa harus ada dia? Sepanjang hidupnya hanya dipenuhi dengan penyesalan, penyesalan dan penyesalan.
Tata segera mengusap air matanya, ketika mendengar suara ketokan pintu dari luar kamarnya. “Siapa?“ ditunggunya jawaban dari balik pintu sebelum ia benar-benar membukanya. “Kiki nih, Ta“ Ia mengernyit, alasan apa yang membuat Kiki datang ke rumahnya selarut ini tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Biasanya Kiki selalu mengirim blackberry messanger, menelpon ataupun SMS jika ia akan datang. Untung saja, hari ini Tata sedang ingin tinggal di rumah dan tidur di kamar kesayangannya, biasanya ia lebih suka bersantai di kontrakan kecilnya.

Selasa, 26 Februari 2013

Kepergianmu

pilu,
hati ini menangis, ragi ini mengais
pergi,
begitu mudahnya, begitu angkuhnya

aku tak menangis, saat kau menghilang dari hidupku
aku tak tersenyum, saat kau tinggalkan aku

Jumat, 08 Februari 2013

Hujan

Butir-butir indahmu memporak-porandakan langit
hanya gelap,
mampu menutupi indah kebiruan langitku
berteman rintikan, jatuh menyebar turun kebumi
aromamu, menyegarkan alamku yang gersang


Kamis, 07 Februari 2013

65 Tahun Setelah Merdeka

Mer-de-ka! 
ketika kata mer-de-ka, bermakna nyawa
terbayangkan sebuah pengorbanan besar
hidup atau mati, tetaplah harus mer-de-ka! 

Sungguh memilukan, kilas balik Indonesia lalu
sebiji nasi diganti segumpal darah
hanya untuk mer-de-ka, pengorbanan bukan keluarbiasaan
namun kewajiban, untuk masa depan penuh bintang

SESAL, TANGIS, KEMATIAN

Aku pikir, sedikitpun tak ada kasih sayang yang mengalir
aku pikir, sedikitpun kau tak mencintai hidupku
aku pikir, sedikitpun tak ada keadilan untukku
aku pikir, hanya ego yang menyelimutimu
Di antara kegelapan, aku menemukan jalanku
hanya dendan, dendam, dan dendam
hanya benci, benci, dan benci
mampu membunuh nurani